Sayyidil Habib Umar bin Hafidz berkata:
Para
ulama mengatakan bahwa jika kita berada di tempat di mana ada ular,
kalajengking atau makhluk berbahaya lainnya, kita harus membaca ayat
berikut ini dan insya Allah, binatang atau hewan itu tidak akan
membahayakan atau mengganggu kita,
سَلاَمٌ عَلٰى نُوْحٍ فِى الْعَالَمِيْنَ
Salamun ‘ala Nuhin fil ‘alamin
“Kesejahteraan/ kedamaian dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam”. (Quran Surat Ash-Shaffat (37:79)).
Hal
ini karena hewan-hewan itu telah mengambil perjanjian dengan Nabi Nuh
‘Alaihis Salam untuk tidak merugikan dan mengganggu siapa pun ketika
mereka naik Bahtera Nabi Nuh ‘Alaihis Salam.
Kisah Nyata: Ketika Habib Umar bin Hafidz Dihadang Binatang Buas
Suatu
saat al-Habib Umar bin Hafidz ingin melakukan perjalanan dakwah ke
pedalaman Afrika. Ketika itu beliau ditemani oleh seorang muallaf
bernama Khomis. Khomis adalah salah satu diantara orang-orang yang masuk
Islam melalui perantara tangan al-Habib Ahmad Masyhur bin Thaha
al-Haddad dan sering membantu kegiatan dakwah beliau selama di
daerahnya.
Pedalaman Afrika yang
ingin dikunjungi oleh al-Habib Umar harus melewati hutan belantara, yang
mana hutan belantara Afrika terkenal akan hewan buasnya. Tapi dengan
mantap Habib Umar bin Hafidz memberikan isyarat untuk segera berangkat.
Dimulailah
perjalanan dakwah beliau. Sebelum masuk ke dalam hutan, beliau beserta
rombongan dihentikan oleh beberapa orang polisi yang sedang berjaga di
sebuah pos dekat dengan hutan yang ingin dilalui oleh al-Habib Umar.
Mereka hendak memperingatan agar al-Habib Umar tidak memasuki hutan
karena hari sudah malam. Ditakutkan beliau dan rombongan akan diserang
oleh beberapa hewan buas yang keluar untuk mencari mangsa di saat malam
tiba.
Al-Habib Umar pun keluar dari
mobil yang ditumpanginya dan berdiri di samping mobil tersebut. Serta
merta al-Habib Umar memerintahkan seseorang untuk menggelar tikar di
dekat mobil dan memerintahkan rombongan untuk membaca Maulid al-Habsyi
(Simthud Durar). Pembacaan maulid pun dimulai. Karena para polisi yang
berjaga di pos itu beragama Kristen, mereka pun hanya bisa menonton dari
kejauhan.
Setelah pembacaan maulid
selesai, al-Habib Umar mendapat isyarat untuk melanjutkan perjalan malam
itu juga. Para polisi itu tetap berusaha untuk mencegahnya, tapi
al-Habib Umar bersikeras ingin melanjutkan perjalanannya. Para polisi
pun kalah argumen dan berinisiatif untuk mengikuti al-Habib Umar dari
belakang menggunakan mobil lain, takut kalau tejadi apa-apa dengan
al-Habib Umar dan rombongan.
Di
tengah perjalanan hal yang dikhawatirkanpun terjadi. Di depan mobil yang
ditumpangi oleh al-Habib Umar, muncul seekor singa. Ketika itu al-Habib
Umar duduk di kursi depan. Mulailah singa itu mengitari mobil tersebut.
Walaupun demikian sang Habib tetap tenang, berbeda dengan rombongan
lain yang mulai menunjukkan rasa ketakutannya.
Tak
lama kemudian singa itu berhenti di depan jendela sebelah tempat duduk
al-Habib Umar, lalu menaikkan kaki depannya ke atas jendela. Al-Habib
Umar pun tetap tenang tanpa menunjukkan rasa ketakutan sedikitpun. Lalu
beliau berkata kepada supir: “Turunkan jendela ini!”
Supir pun menjawab dengan ketakutan: “Ya Habib, ini singa!”
Tapi
al-Habib Umar tetap ingin agar dia menurunkan jendela tersebut. Kaca
jendela pun diturunkan. Suatu kejadian menakjubkan pun terjadi, al-Habib
Umar mengajak bicara singa tersebut! “Hai singa! Kami ini adalah utusan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam.”
Kemudian
al-Habib Umar mengambil sebuah pisang dan memberikannya kepada singa
itu. Singa yang biasanya makan daging, kali ini mau memakan pisang yang
diberikan al-Habib Umar. Setelah memakan pisang itu, singa
mengangguk-anggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan al-Habib Umar dan
rombongan. Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Tak lama kemudian
al-Habib Umar dan rombongan sampai ke tempat tujuan.
Setelah
menyaksikan kejadian yang luar biasa itu, para polisi yang sebelumnya
beragama Kristen itupun ingin mengikrarkan diri mereka untuk masuk agama
Islam. Ternyata kejadian yang mereka saksikan menjadi sebab hidayah
Allah Swt. yang ingin mengembalikan mereka ke dalam pelukan Islam.
Kisah
di atas disarikan dari tulisan KH Mukhlas Noer, Ketua Pondok
Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, yang juga pernah disinggung oleh
almarhum al-Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa rahimahullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar